Oleh: Indonesian Children | November 10, 2010

Waspadai dan Kenali Leukemia Pada Anak

Waspadai dan Kenali Leukemia Pada Anak

Penyakit kanker darah (leukimia) adalah penyakit yang paling menakutkan bagi manusia. Karena , begitu vonis itu dijatuhkan pada seseorang maka berbagai permasalahan berat dan rumit akan dihadapi di antaranya resiko ancaman jiwa tinggi dan pengobatannya sangat mahal dan efek samping pengobatan yang sangat menyiksa. Leukimia menduduki peringkat tertinggi kanker pada anak. Namun, penanganan kanker pada anak di Indonesia masih lambat. Itulah sebabnya lebih dari 60% anak penderita kanker yang ditangani secara medis sudah memasuki stadium lanjut. Deteksi dini dan pencegahan adalah langkah awal yang paling agar hal yang lebih berat dapat terjadi

Leukemia atau lebih dikenal sebagai kanker pada darah atau sumsum tulang yang ditandai oleh perbanyakan secara tak normal atau transformasi maligna dari sel-sel pembentuk darah di sumsum tulang dan jaringan limfoid, umumnya terjadi pada leukosit (sel darah putih).  Sel-sel normal di dalam sumsum tulang digantikan oleh sel tak normal atau abnormal. Sel abnormal ini keluar dari sumsum dan dapat ditemukan di dalam darah perifer atau darah tepi. Sel leukemia mempengaruhi hematopoiesis atau proses pembentukan sel darah normal dan imunitas tubuh penderita. Kata leukemia berarti darah putih, karena pada penderita ditemukan banyak sel darah putih sebelum diberi terapi. Sel darah putih yang tampak banyak merupakan sel yang muda, misalnya promielosit. Jumlah yang semakin meninggi ini dapat mengganggu fungsi normal dari sel lainnya.

Kejadian leukemia berbeda dari satu negara dengan negara lainnya, hal ini berkaitan dengan cara diagnosis dan pelaporannya. Kejadian leukemia setiap tahun sekitar 3,5 kasus dari 100.000 anak dibawah 15 tahun. Leukemia akut pada anak mencapai 97% dari semua leukemia pada anak, dan terdiri dari 2 tipe yaitu : Leukemia Limfoblastik Akut (LLA) 82 % dan Leukemia Mieloblastik (LMA) 18 %. Hal ini berbeda dengan leukemia pada orang dewasa, yaitu LLA 15 % dan LMA 85%. Leukemia kronik mencapai 3% dari seluruh leukemia pada anak.  Puncak kejadian LLA pada usia 2-5 tahun dan meningkat lagi setelah usia 65 tahun, sedang LMA mengenai semua kelompok usia, tetapi kejadiannya meningkat dengan bertambahnya usia. Perbandingan penderita laki-laki dan perempuan adalah 1,3 : 15

Penyebab

Penyebab leukemia belum diketahui secara pasti, namun diketahui beberapa faktor yang dapat mempengaruhi frekuensi leukemia, seperti:

  • Radiasi Radiasi dapat meningkatkan frekuensi LMA dan LMA. Tidak ada laporan mengenai hubungan antara radiasi dengan LLK. Beberapa laporan yang mendukung: Para pegawai radiologi lebih sering menderita leukemia, Penderita dengan radioterapi lebih sering menderita leukemia dan Leukemia ditemukan pada korban hidup kejadian bom atom Hiroshima dan Nagasaki, Jepang
  • Faktor leukemogenik Terdapat beberapa zat kimia yang telah diidentifikasi dapat mempengaruhi frekuensi leukemia: Racun lingkungan seperti benzena, Bahan kimia industri seperti insektisida, Obat untuk kemoterapi
  • Penderita sindrom Down memiliki insidensi leukemia akut 20 kali lebih besar dari orang normal.
  • Virus dapat menyebabkan leukemia seperti retrovirus, virus leukemia feline, HTLV-1 pada dewasa.

Klasifikasi leukemia adalah

  • Leukemia limfositik akut (LLA) merupakan tipe leukemia paling sering terjadi pada anak-anak. Penyakit ini juga terdapat pada dewasa yang terutama telah berumur 65 tahun atau lebih
  • Leukemia mielositik akut (LMA) lebih sering terjadi pada dewasa daripada anak-anak.Tipe ini dahulunya disebut leukemia nonlimfositik akut.
  • Leukemia limfositik kronis (LLK) sering diderita oleh orang dewasa yang berumur lebih dari 55 tahun. Kadang-kadang juga diderita oleh dewasa muda, dan hampir tidak ada pada anak-anak
  • Leukemia mielositik kronis (LMK) sering terjadi pada orang dewasa. Dapat juga terjadi pada anak-anak, namun sangat sedikit

Tipe yang sering diderita orang dewasa adalah LMA dan LLK, sedangkan LLA sering terjadi pada anak-anak.

Gejala dan Tanda Yang harus dicurigai Leukemia

  1. Anemia atau pucat
    Anemia terjadi karena tubuh kekurangan sel darah. Anak-anak leukemia umumnya mengalami anemia dengan ciri-ciri muka pucat, tak bertenaga alias lemas, gampang lelah dan sesak napas.
  2. Demam berkepanjangan dan mudah terkena infeksi
    Karena sel darah putihnya abnormal, kuman yang masuk jadi tidak bisa dilawan sel darah putih. Sel darah putih yang harusnya bertugas melindungi tidak berfungsi. Akibatnya anak jadi rentan kena infeksi dan sering demam. Demam dan infeksi adalah tanda awal leukemia. Tidak mudah memang membedakan dengan demam lainnya seperti flu. Tapi demam pada leukemia biasanya lebih dari 38 derajat celcius yang berlangsung beberapa hari dan sering terjadi.
  3. Pembengkakan Kelenjar
    Kelenjar getah bening bengkak merupakan salah satu gejala awal sering diamati pada anak leukemia. Bengkak akibat kelenjar bisa terlihat di dada, pangkal paha leher dan ketiak. Kelenjar getah bening bisa membengkak karena akumulasi sel-sel darah putih yang abnormal. Bedanya dengan bengkak kelenjar pada sakit lainnya adalah pada anak leukemia berlangsung selama beberapa hari berbeda dengan bengkak karena sakit flu.
  4. Nyeri tulang
    Nyeri tulang ini bukan karena luka atau memar. Nyeri tulang pada anak leukemia biasanya semakin memburuk dari waktu ke waktu karena sumsum tulangnya terakumulasi sel-sel darah putih yang abnormal.
  5. Mudah berdarah dan memar
    Anak-anak leukemia gampang sekali berdarah dan memar yang merupakan tanda tingkat pembekuan darahnya rendah. Trombosit adalah fragmen sel atau sel yang membantu darah untuk membeku yang diproduksi oleh sumsum tulang. Rendahnya tingkat trombosit dalam tubuh dapat mengakibatkan keterlambatan dalam pembekuan darah sehingga anak-anak leukemia gampang berdarah untuk periode yang sering.
  6. Gejala lainnya adalah mimisan, perdarahan gusi, kesulitan bernapas, kehilangan nafsu makan, berat badan rendah, sakit kepala, hati dan limpa membesar, keringat berlebihan pada malam hari dan munculnya bintik-bintik merah kecil pada kulit, yang dikenal sebagai petechiae. Untuk memastikan anak menderita leukemia harus dilakukan dengan pemeriksaan fisik, tes darah darah lengkap, CT scan, MRI, biopsi sumsum tulang, apusan darah tepi, dan analisis cytogenic dan tekan tulang belakang

Penanganan :

  • Penanganan leukemia meliputi kuratif dan suportif. Penanganan suportif meliputi pengobatan penyakit lain yang menyertai leukemia, komplikasi dan tindakan yang mendukung penyembuhan, termasuk perawatan psikologi. Perawatan suportif tersebut antara lain transfusi darah/ trombosit, pemberian antibiotik pada infeksi/ sepsis, obat anti jamur, pemberian nutrisi yang baik dan pendekatan aspek psikososial.
  • Sitostatika yang digunakan pada tiap tahap pengobatan leukemia merupakan kombinasi dari berbagai sitostatika. Pengobatan dengan granulocyte-colony stimulating factor (G-CSF) bermanfaat untuk mengatasi penurunan granulosit sebagai efek samping sitistatika, namun tidak mengurangi lama perawatan di rumah sakit.
  • Permasalahan yang dihadapi pada penanganan pasien leukemia adalah obat yang mahal, ketersediaan obat yang belum tentu langkap, dan adanya efek samping, serta perawatan yang lama. Obat untuk leukemia dirasakan mahal bagi kebanyakan pasien apalagi dimasa krisis sekarang ini, Selain macam obat yang banyak , juga lamanya pengobatan menambah beban biaya untuk pengadaan obat. Efek samping sitostatika bermacam-macam seperti anemia, pedarahan, rambut rontok, granulositopenia (memudahkan terjadinya infeksi), mual/ muntah, stomatitis, miokarditis dan sebagainya. Penderita dengan granulositopenia sebaiknya dirawat di ruang isolasi. Untuk mengatasi kebosanan karena perawatan yang lama perlu disediakan ruang bermain dan pelayanan psikologis. Penderita yang telah remisi dan selesai pengobatan kondisinya akan pulih seperti anak sehat. Problem selama pengobatan adalah terjadinya relap (kambuh). Relaps merupakan pertanda yang kurang baik bagi penyakitnya.

Usia penderita leukemia :

  •  LLA resiko normal prognosisnya lebih baik dari resiko tinggi
  • Faktor prognosis yang kurang baik antara lain : usia kurang dari 2 tahun, usia lebih dari 10 tahun, jumlah leukosit (sel darah putih) saat awal lebih dari 50×109/L, jumlah trombosit (keping darah) kurang dari 100×109/L, ada masa mediastinum, ras hitam, laki-laki, ada pembesaran kelenjar limfe, pembesaran hati lebih dari 3 cm, tipe limfoblas L2 atau L3, dan adanya penyakit susunan syaraf pusat saat diagnosisi. 
  • Angka kelangsungan hidup 5 tahun penderita leukemia  sekitar 66-67%.
  • Pada LMA, jumlah lekosit yang tinggi (>100.000/µL), ras hitam, koagulasi abnormal berprognosis jelek

Artikel Terkait Lainnya :

DETEKSI DINI DAN KENALI BERBAGAI PENYAKIT DAN GANGGUAN PADA ANAK SEJAK DINI

Supported  by

Koran Indonesia Sehat Yudhasmara Foundation

JL Taman Bendungan Asahan 5 Bendungan Hilir Jakarta Pusat Phone :62 (021) 70081995 – 5703646   

Clinical and Editor in Chief : Dr Widodo Judarwanto SpA, pediatrician.  email : judarwanto@gmail.com,            

For Free Newsletter join with this twitter :     https://twitter.com/WidoJudarwanto                                                                                                 

Information on this web site is provided for informational purposes only and is not a substitute for professional medical advice. You should not use the information on this web site for diagnosing or treating a medical or health condition. You should carefully read all product packaging. If you have or suspect you have a medical problem, promptly contact your professional healthcare provider. 

Copyright © 2010, Koran Indonesia Sehat Information Education Network. All rights reserved


Tinggalkan komentar

Kategori